Makalah Pengembangan Kreativitas
dan Keterbakatan
Mengajar Kreatif
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
Disusun
oleh :
Amalia Nur Hasanah
|
10515603
|
Ferghana Ayuliastri
|
12515628
|
Isnaini Asri
|
13515488
|
Maya Ulfa Fitria
|
14515092
|
3PA11
Depok
November
2017
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................1
I.
Mengajar Kreatif ..................................................................................2
1. Memberikan Pemanasan (warming up)................................................................................................ 2
2.
Pemikiran dan Perasaan Terbuka.................................................3
a.
Menyelesaikan sesuatu yang telah dimulai................................................................................. 3
b.
Mencari penggunaan baru dari benda sehari-hari....................................................................................... 5
c.
Meningkatkan suatu produk suatu benda.................................................................................... 6
II.
Daftar Pustaka ..................................................................................... 7
I.
Mengajar Kreatif
Menjelaskan
dan menerapkan teknik mengajar secara kreatif meliputi :
1. Memberikan
Pemanasan (Warming Up)
Menurut Munandar (2002) Untuk menumbuhkan iklim atau
suasana kreatif di dalam kelas yang memungkinkan siswa untuk membuka dirinya,
merasa bebas dan aman untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya, guru perlu
melakukan “pemanasan” (warming up), seperti
di lakukan seseorang sebelum berenang, hanya di sini pemanasannya adalah secara
mental. Jika sebelumnya siswa di dalam kelas di tuntut untuk mengerjakan
berbagai tugas yang sangat berstruktur , seperti mengungalang apa yang diucapkan
guru, menghafal nama-nama seperti mengerjakan tugas –tugas yang hanya mempunyai
satu jawaban yang benar, seperti pada berhitung atau matematika, maka siswa
memerlukan switch mental dari proses
pemikiran reproduktif dan konvergen ke proses pemikiran divergen dan
imajinatif.
Tugas atau kegiatan yang bertujuan
meningkatkan pemikiran dan sikap kreatif menuntut cara dan sikap belajar yang
berbeda lebih beas, tebuka dan tertantang untuk berperan serta secara aktif
dengan memberanikan diri dan senang memberikan gagasan sebanyak mungkin.
Pemanasan dapat di lakukan dengan
mengajukan pertanyaan terbuka yang menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa,
seperti “Apa saja yang membuat kamu merasa senang?”, “Apa yang kamu sukai di
sekolah?” “Dan apa yang kamu tidak sukai?”. Cara lain yang berhasil guna adalah
dengan mendorong siswa mengajukan pertanyaan terhadap suatu masalah, misalnya
alasan sering terjadinya perkelahian antara siswa/
Berpikir divergen dapat pula
dirangsang dengan mengajukan pertanyaan yang mendorong ungkapan pikiran dan
perasaan yang berakhir terbuka (open-ended
thoughts and feelings), seperti :
1. Andai kata…….
Andai kata tidak pernah hujan, apa akibatnya?
Andai kata
semua siswa sama pandainya, apa yang akan terjadi?
2. Dapatkah
memberikan judul lain untuk suatu cerita, sajak, atau lukisan?
3. Dapatkah
menyelesaikan gambar, bentuk, atau cerita yang belum selesai?
4. Bagaimana
dapat memperbaiki buku pelajaran, bangku sekolah, tas, sepatu, ruang kelas.
Halaman sekolah?
5. Dapatkah
memiikirkan penggunaan baru untuk benda sehari-hari, misalnya kapur, pensi,
bola tenis?
Dengan
memberikan pertanyaan pemanasan seperti ini siswa menjadi lebih terbuka dan
siap untuk teknik-teknik kreatif.
2. Pemikiran
dan Perasaan Terbuka
Menurut Munandar
(1992) cara
yang paling sederhana untuk merangsang pemikiran kreatif ialah dengan
mengajukan pertanyaan yang memberikan kesempatan timbulnya berbagai macam
jawaban sebagai ungkapan pikiran dan perasaan, serta dengan membantu siswa
mengajukan pertanyaan. Sebelumnya telah ditekankan betapa pentingnya seorang
guru anak berbakat mampu mengajukan pertanyaan-pertanyaan menantang
(provokatif) unuk membentangkan imajinasi dan cakrawala mental anak. Beriku ini
dikemukakan contoh-contoh kegiatan pemikiran dan perasaan terbuka.
a. Menyelesaikan
sesuatu yang telah dimulai
Anak diminta memikirkan dan membuat
beberapa macam penyelesaian terhadap gambar, bentuk, atau cerita yang telah
dimulai.
Contoh
: Kepada para siswa berbakat kelas III dan Kelas IV dari beberapa seklah dasar
di Jakarta dan Cianjur telah diberikan tugas-tugas, seperti: “Andaikan kamu
yang menjadi guru, apa yang akan kau lakukan? Tulislah atau kemukakan (secara
lisan) semua hal yang akan kau lakukan, jika kamu yang menjadi guru. Berikan
sebanyak mungkin jawaban”.
Kata-kata “berikan sebanyak mungkin
jawaban” mendorong anak untuk berpikir divergen, untuk tidak puas dengan hanya
memberikan satu atau dua jawaban. Tugas-tugas semacam ini tentu saja dapat di
berikan kepada semua siswa (tidak terbatas pada yang berbakat).
Jawaban-jawaban
siswa yang diperoleh antara lain:
· “Mengajak
muridku bertamasya ke tempat bersejarah.”
· “Saya
akan menerangkan pelajaran dengan baik.”
· “Memberi
nasihat dan memberi tahu tentang sikap – sikap yang baik.”
· “Tidak
terlalu kasar bila sedang marah.”
· “Mengadakan
pameran dari hasil karya murid.”
· “Jika
ulangan saya beri soal yang susah.”
Tugas ini kecuali merangsang pemikiran
kreatif siswa, juga memungkina guru mengenal siswanya lebih baik, serta
bagaimana siswa melihat gurunya. Untuk mendapatkan jawaban yang spontan dan
jujur dari siswa, perlu ada hubungan yang terbuka antara guru dan siswa.
Contoh
lain : Hal-hal yang dapat memebantu untuk belajar lebih baik/.
“Apa yang dapat kau lakukan agar dapat
belajar lebih baik, dapat belajar lebih cepat, dan dapat mencapai angka lebih
tinggi? Apa yang dapat kau lakukan di sekolah, di rumah, di perpustakaan?
Bagaimana orang tuamu dapat membantu, agar kau dapat belajar lebih mudah dan
lebih baik? Tulislah (atau kemukakan) semua hal yang dapat kau lakukan.?”
Dari
para siswa diperoleh jawaban antara lain”
· “Saya
akan belajar lebih teliti, sungguh-sungguh dan tertib.”
· “Mengurangi
waktu santai (lihat televise, video dan sebagainya).”
· “Orang
tua perlu membantu siswa dalam belajar.”
Ada
siswa yang menjawa : “Orang tua membiarkan saja”
Dari jawaban-jawaban anak terkesan
kebanyakan orang tua hanya memberi perintah, larangan, dan hukuman, tetapi
kurang ikut serta membantu anak dalam belajar.
Jelaslah, tugas-tugas semacam ini
kecuali bermanfaat bagi siswa, bermanfaat pula baik bagi guru maupun orang tua,
yaitu membantu menyadair kekurangan atau kelemahan pendidik dari sudut pandang
anak didik.
b.
Mencari penggunaan baru dari benda
sehari-hari
Anak dirangsang untuk berpikir kreatif
dalam mencari penggunaan baru yang tidak lazim dari benda sehari-hari. Contoh :
“selain untuk menulis. Untuk apa saja pensi dapat digunakan?”
Disini diperoleh aneka ragam jawaban
dari siswa, yang satu lebih orisinal daripada yang lain, seperti : “Untuk
dipakai sebagai penggaris, untuk membuat lubang-lubang pada kertas, untuk chopstick .” , dan sebagainya.
Kepada anak-anak berbakat kelas II dan
kelas IVsekolah dasar telah di beri tugas: “Untuk apa saja kardus bekas sepatu
dapat digunakan?”
Kemudian setelah mengungkapkan
gagasan-gagasan mereka diminta untuk mempraktekan membuat sesuatu dari kardus
bekas sepatu atau dari kardus lainnya. Kegiatan ini dapat dikaitkan dengan
prakarya.
c.
Meningkatkan atau memperbaiki suatu
produk suatu benda
Berpikir kreatif dapat dilatih dengan
meminta anak memikirkan bagaiman suatu benda atau suatu produk dapat diperbaiki
sehingga lebih bermanfaat, atau dapat dapat di tingkatkan kegunaannya.
Contoh
: Bagaimana, apa yang dapat dilakukan agar buku pelajaran siswa menjadi lebih
baik? Bagaimana kita dapat meningkatkan penggunaan bangku sekolah, tas sekolah,
kotak pensil dan sebagainya.
II.
Daftar Pustaka
Munandar,
S.C.U. (2002). Kreativitas dan Keterbakatan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Munandar,
S.C.U. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta : PT Grasindo.
0 komentar:
Posting Komentar